Rabu, 25 Agustus 2010

Untuk direnungkan dalam membantu siswa: TEMPAYAN RETAK

Seorang tukang air India memiliki dua tempayan besar, masing-masing bergantung pada kedua ujung sebuah pikulan, yang dibawa menyilang pada bahunya. Satu dari tempayan itu retak, sedangkan tempayan yang satu lagi tidak. Jika tempayan yang tidak retak itu selalu dapat membawa air penuh setelah perjalanan panjang dari mata air ke rumah majikannya , tempayan retak itu hanya dapat membawa air setengah penuh.
Hal ini terjadi setiap hari, selama dua tahun. Si tukang air hanya dapat membawa satu setengah tempayan air ke rumah majikannya. Tentu saja si tempayan yang tidak retak merasa bangga akan prestasinya, karena dapat menunaikan tugasnya dengan sempurna. Namun, si tempayan yang retak itu merasa malu sekali akan ketidaksempurnaannya dan merasa sedih sebab ia hanya dapat memberikan setengah dari porsi yang seharusnya dapat diberikannya.
Setelah dua tahun tertekan oleh kegagalan yang pahit ini, tempayan yang retak itu berkata kepada si tukang air, “ Saya sungguh malu kepada diri saya sendiri, dan saya ingin mohon maaf kepadamu.”
“Kenapa?” tanya si tukang air,”Kenapa kamu merasa malu?”
“ Saya hanya mampu, selama dua tahun ini, membawa setengah porsi air dari yang seharusnya dapat saya bawa karena adanya retakan pada sisi saya telah membuat air yang saya bawa bocor sepanjang jalan menuju rumah majikan kita.”
“Karena cacatku itu, saya telah membuatmu rugi.” Kata tempayan itu.
Si tukang air merasa kasihan kepada si tempayan retak dan dalam belas kasihannya ia berkata,”jika kita kembali ke rumah majikan besuk, aku ingin kamu memperhatikan bunga-bunga indah di sepanjang jalan.”
Benar, ketika mereka naik ke bukit, si tempayan retak memperhatikan dan baru menyadari bahwa ada bunga-bunga indah di sepanjang sisi jalan, dan itu membuatnya sedikit terhibur. Namun pada akhir perjalanan, ia kembali sedih karena separuh air yang dibawa telah bocor, dan kembali tempayan retak itu meminta maaf pada si tukang air atas kegagalannya.
Si tukang air berkata kepada tempayan itu, “Apakah kamu memperhatikan adanya bunga-bunga di sepanjang jalan di sisimu tapi tidak ada bunga di sepanajng jalan di sisi tempayan yang lain yang tidak retak itu. Itu karena saya selalu menyadari cacatmu dan aku memanfaatkannya. Aku telah menanam benih-benih di sepanjang jalan di sisimu, dan setiap hari jika kita berjalan pulang dari mata air, kamu mengairi benih-benih itu. Selama dua tahun ini saya telah dapat memetik bunga-bunga indah itu untuk menghias meja majikan kita. Tanpa kamu sebagaimana kamu ada, majikan kita tidak akan dapat menghias rumahnya seindah sekarang.”
Setiap kita memiliki cacat dan kekurangan kita sendiri. Kita semua adalah tempayan retak. Namun jika kita mau, Tuhan akan menggunakan kekurangan kita untuk menghias-Nya. Di mata Tuhan yang bijaksana, tak ada yang terbuang percuma. Jangan takut akan kekurangan kita. Kenalilah kelemahan Anda dan Andpun dapat menjadi sarana keindahan Tuhan.
“Ketahuilah di dalam kelemahan kita, kita dapat menemukan kekuatan kita. Di sini di 10 hari akhir Romadlon mari bersama-sama kita merenung mengenali diri.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar